Hari
itu dia mengajakku untuk pergi jalan ke tempat wiasata yang sekarang tengah
digandrungi oleh anak-anak muda di Indramayu seusia kami. Ya, Situ Bolang. Tanpa
pikir panjang, dengan anggukan kepala cepat ku setujui ajakannya. “Mari
berangkat!” Ajaknya sangat senang. Esoknya, kami pun siap pergi yang sebelumya
berkemas dengan penampilan ala kadarnya. Kami tidak berdua. Kami pergi bersama
dengan dua teman kami yang lainnya.
Bermodal
sepeda motor butut ala anak muda, dia memboncengku dengan pelan dan hati-hati. Sepanjang
perjalanan, kami banyak bercerita. Tentang masalah ini, itu bahkan menceritakan
perilaku salah satu orang yang tidak kami sukai. Perjalanan yang cukup jauh dan
memakan waktu, mengingat usia si kuda besi yang kami tunggangi, kami memutuskan
berhenti sejenak melepas dahaga. Es tebu dipinggir jalan menjadi pilihan
kami. Seketika panas dan lelah saat itu
hilang setelah meneguk es tebu si ibu penjual tersebut Menyegarkan. Membuat
energi untuk melanjutkan perjalanan muncul lebih Kkkk~ :D
Di
perjalanan kami menjumpai sebuah mobil bak terbuka yang membawa papan besar dan
karen. Karena kencangnya angin, tiba-tiba papan itu melayang jatuh di
tengah-tengah jalan. Secara sigap, di menghentikan laju motor dan menyuruh kami
turun untuk membantu mengangkat papan agar tidak terinjak oleh kendaraan lain. Aku
tersenyum melihat kesigapan perilakunya.
Perjalanan
yang cukup jauh. Akhirnya kami pun sampai di tujuan. Sejenak beristirahat
sebelumakhirnya kami berswap foto dengan pemandangan Situ Bolang yang
menyegarkan mata. Aku hanya duduk diam melihat kedua temanku asik dengan
kameranya masing-masing menunggu dia yang pergi membelikan kami minuman.
Hampir
berjam-jam kami menghabiskan waktu di tempat tersebut. Sudah dirasa
membosankan, kami memutuskan berpindah tempat di area jalan wisata tersebut.
Sebelumnya kami biasa saja, tertawa sembari melihat-lihat hasil jepretan kami
tadi. Tapi, beberapa detik kemudian kami dikejutkan dengan seseorang yang
menegur kami dengan suara yang sangat keras.
“Kamu lagi apa di sini?!” Tanya orang tersebut
dengan nada yang sangat tidak bersahabat membuat kami hampir terlonjak kaget dari
pijakan.
“Sudah dikasih motor bukannya buat sekolah, malah
keluyuran ke mana-mana!” Lanjutnya orang tersebut, yang ternyata saudara sepupu
laki-laki temanku. “Bilangnya berangkat ekstrakurikuler. Eh nyatanya buat
jalan-jalan...!” masih dengan nada marah, sepupu temanku
memarahi kami habis-habis. Kami hanya tertunduk diam tanpa berani melawan.
Setelah hampir setengah jam kami dimarahi, kami disuruh pulang saat itu juga.
Di perjalanan pulang kami membicarakan kejadian ketika dimarahi tadi. Ada rasa
bersalah, kesal, lucu dan memalukan yang kami rasakan. Sebenarknya, salah kami
juga telah berbohong kepada orang di rumah. Kami sepakat berjanji untuk tidak mengulanginya.
Hari
semakin sore, aku pun sampai di rumah dengan aman, dengan jinjingan kantong
plastik berisi sekotak seblak. Ya seblak. Makanan kesukaanku. Dia membelikanku
dalam perjalanan pulang tadi. Terima kasih, sudah membuat hariku menyenangkan.
End.
Karya
Khofifah