Jumat, 04 Maret 2022

BULAN DAN PENGAGUMNYA

Hai semua, disini aku ingin menceritakan sedikit cerit. Tentang Kakak laki-laki ku yang sangat mengagumi bulan. Kisah ini bermula pada saat umurku 15 tahun dan Kakaku berumur 18 tahun. Di dalam keheningan malam yang gelap tanpa adanya bulan, kala itu aku ingin menanyakan sesuatu tentang tugas sekola kepada Kakak ku dikamarnya. Namun ketika aku ingin memasuki kamarnya aku melihat kakaku sedang menatap sesuatu yang terhalang oleh jendela.

“Kak, bantuin ak-“ Ucapanku yang terpotong karena terkejut melihat kakaku di dahinya ada perban.

Kaka kenapa, ma-?” Aku terkejut namun lagi dan lagi ucapan ku harus terpotong oleh suara kakakku.

Shutt... jangan bicara sama mama dan papa ya de”. Katanya sambil menutup mulutku, aku hanya mengangguk kan kepala.

Malam itu Kakak ku berbohong padaku, kalau dia baik-baik saja. Dia juga bilang itu hanya luka biasa. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan saat itu, aku ingin berbicara dengan mama dan papa tentang apa yang terjadi pada kakak, Namun kakak tidak ingin aku menceritakan hal ini pada mereka mungkin takut jika kedua orang tua kami mengkhawatirkannya. Beberapa hari setelah itu aku di telfon oleh salah satu rumah sakit, dan itu tentang kakakku. Ternyata kakakku selama ini berbohong padaku dan keluarga kami. Dia beralaskan bahwa dia sedang ingin berlibur dan izin tidak berangkat ke sekolah, ternyata dia sedang dirawat di rumah sakit.

Alasan kenapa salah seorang perawat menelpon ku karena, kakaku selalu keluar rumah sakit ketika malam hari padahal yang di takutkan oleh perawat itu adalah takut karena dapat berdampak buruk pada kesehatan nya. Jadi dia menelponku untuk menegur kakakku.

Line

Kakak

Kak?

                                  Iya dek

Dimana?

                                  Lagi di kost

Kakak, jangan bohong bisa gak?                                                                                             

                                  Maksudnya gimana dek?

Aku udah tahu kok, kalau kakak dirawat di rumah sakit kan?

                                  Kok kamu bisa tahu?

Nanti aku ceritain kenapa aku bisa tahu, sekarang kakak kirim lokasinya ke aku ya? aku ingin kesitu jenguk kakak. Tenang aja aku sendiri kok kak, nanti aku cari alasan supaya diizinin gak berangkat sekolah dulu sama papa dan mama buat main ke kost kakak. Oh iya aku juga nggak akan cerita apa pun ke Mereka.

 Yaudah deh tapi janji hati-hati ya, kesininya besok pagi aja jangan malem.

Sharelock

Iya kak,

Aku pergi besok, habis subuh berangkat kesana.

Jangan keluar rumah sakit terus cuma buat lihat bulan kak, kakak lagi sakit jangan banyak keluar malem nggak baik.

                                  Iya adik ku sayang...

Kaka masuk kedalam nih.

Selamat tidur cantiknya Kakak, mimpi indah ya.

Sampai jumpa besok.

Kakak juga selamat tidur...

~ ~

Setelah berkomunikasi dengan kakaku lewat line tadi, aku langsung meminta izin pada mama dan papa dan syukurlah aku diizinkan oleh mereka. Walau butuh waktu cukup lama untuk merayu mereka satu persatu, ya karena mereka selalu bertengkar jadi sulit untuk tenang didalam rumah dan meminta izin, karena itu kakak lebih memilih ngekost di dekat kampusnya daripada harus di rumah tambah  jaraknya lumayan jauh dan berada di rumah dengan suasana yang kurang damai. Walau begitu Kakak dan aku selalu berkabar dan bersama walau berpisah jarak.

Pagi pun tiba, tepat pada pukul 04.30 WIB aku bangun lalu bersiap mandi dan membereskan beberapa barang yang perlu dibawa. Pukul 05.00 WIB aku sedang di perjalanan menuju lokasi yang di berikan oleh kakak pada ku malam tadi. Sebelum sampai disana aku memberitahu kakakku dulu bahwa aku sedang dalam perjalanan.

Pada akhirnya aku sampai dirumah sakit tempat kakakku dirawat, tapi sebelum kesana aku mencari kost yang dekat dengan rumah sakit itu. Selang beberapa waktu aku dapat menemukan kost yang dekat dan juga tidak terlalu mahal tapi bagus dan segera menyewa nya serta membereskan beberapa barangku dan langsung menuju rumah sakit. Kenapa aku tidak ke kost kakak saja karenas jarakny sangat jauh dari rumah sakit. Sebelum mencapai ruangan kakak, aku penasaran akan penyakit apa yang diderita kakaku karena itu aku pun memberanikan diri untuk menemui dokter yang menangani kakakku.

“Permisi dok...” Ucapku sembari mengetuk ruangan dokter itu.

“Ya? Silahkan masuk.” Jawab dokter.

“Ada apa?” Tanya dokter

“Aku ingin menanyakan pasien yang berada di kamar 201 dok, apa penyakitnya parah?” Tanyaku dengan perasaan sedikit gemetar karena takut terjadi apa-apa terhadap kakakku.

“Oh, kamu adiknya ya?” Tanya dokter itu

“Kenapa baru datang kesini? Apa kau tidak peduli pada kakakmu?” Lanjutnya sinis padaku. “Kami juga pihak rumah sakit sangat sulit menghubungi keluarga pasien, baru nomormu saja yang kami hubungi lalu diangkat sedangkan nomor kedua orang tuamu tak pernah merespon” terang dokter lagi.

“Iya aku baru datang dok. Bukan karena tidak perduli tapi aku baru tahu jika kakakku dirawat ketika ada suster rumah sakit ini yang menghubungikku malam kemarin”. Jelasku.

“Mungkin kakakmu yang menyembunyikan hal ini padamu ya? Kalau begitu maaf kan saya yang berburuk sangka padamu”. Jawab dokter itu sedikit tak enak hati.

“Kakak mu punya penyakit yang bisa dikatakan tidak main-main, leukimia yang sudah cukup lama dan cukup parah.” Tegas dokter itu.

“Apa?! Leukimia?!” Aku terkaget.

“Tapi dok, bukan kah leukimia masih bisa disembuhkan?” Tanyaku lagi.

“Memang bisa, namun ketika kami ingin mengobati kakakmu dia selalu menolak melakukannya. Dia tidak mau menambah biaya karena uang tabungannya sudah habis”. Jelas dokter itu padaku lagi.

“Dok, tolong sembuhkan kakakku. Aku yang akan berusaha dan bekerja untuk mendapat uang dan membayar semua tagihan rumah sakit ini”. Kataku memohon.

“Baik, saya akan berusaha semaksimal yang saya bisa”. Katanya.

Setelah aku selesai berbicara dengan dokter itu, aku segera menuju kamar kakaku. Disana dia sedang berbaring istirahat. Disitu aku duduk di kursi yang ada tepat disebelahnya.

“Kak, maaf belum bisa menjadi adik yang bisa membuatmu bahagia” Ucapku sambil memegang tangan kakaku.

“Apa yang kamu katakan?” Sargah kakakku sambil tersenyum

“Kamu bahkan sudah menjadi adik yang sempurna bagi Kakak”. Ucap kakak padaku “Kakak.....” Panggilku yang tanpa sadar membuat air mata ku jatuh. “Aku ingin kakak cepat sembuh”. Kataku yang menangis sesenggukan sambil didekap pelukan hangat oleh kakak u.

“Maafin kakak ya de, udah bohongin kamu tentang ini. Udah nyusahin kamu, mama sama papa juga. Kakak emang gak berguna, kakak ini nggak pantes jadi kakak kamu”. Ucapnya sendu. “Kakak penyakitan de, apa pantes kakak jadi kakak kamu?” Lanjutnya sampai tak sadar bahwa dia juga meneteskan air mata dan terus memelukku.

“Apa yang Kakak katakan?! Aku benci kakak jika Kakak mengatakan hal itu lagi padaku” Kataku sambil mendongak menatap wajah Kaka ku"

“Cup... cup... udah nangisnya ya, kakak gak bisa janji tapi kakak bakal berusaha sekuat kakak supaya bisa sembuh ya?” Jawabnya

“Demi kamu”. Lanjutnya kemudian.

Perbincangan hangat itu membuatku lupa untuk meminta izin pada kakak, bahwa aku ingin mencari pekerjaan. Tapi ketika aku meminta izin padanya, pasti dia juga mungkin tidak mengizinkanku karena dia tidak mau aku terlalu capek. Karena dia selalu memperhatikan kondisiku dari pada kondisinya sejak kecil.

Esok hari tiba aku terus mencari pekerjaan dan syukurlah aku mendapatkannya walau upahnya belum cukup banyak tapi aku dapat menabung supaya bisa membuat kakak sembuh. Aku terus bekerja sampai mama dan papa khawatir padaku dan kakak karena sudah beberapa bulan kami sudah tidak menghubungi mereka lagi, dan mereka pun mecari ku sampai sampai menelponku berkali-kali. Namun aku tidak pernah menjawabnya, bukan karena aku membenci mereka hanya saja aku harus terus bekerja kalau tidak bagaimana kakak bisa  sembuh.

Beberapa bulan kemudian...

Dokter itu menghubungiku,dan mengatakan bahwa kakakku dalam keadaan kritis dan aku disuruh kesana. Aku pun bergegas tanpa memedulikan pekerjaanku. Aku terus berlari sambil meneteskan air mata, aku terlalu takut kehilangan sosok itu dan sesampainya aku disana kakak terus berjuang supaya bisa tersenyum manis dihadapanku, namun dia telah selesai dalam tugasnya dan menyerah untuk terus berjuang. Kini pengagum bulan itu telah tiada.

Aku pun tidak tahu harus bagaimana dengan ini. Aku senang, sedih, kesal, marah, juga benci. Namun, jika ini memang sudah kehendak Tuhan maka apa yang harus kita lakukan. Aku juga senang karena kakak tak merasakan sakit lagi, sekaligus sedih karena aku kehilangan sosok kakak dihidupku. Aku selalu berpikir bahwa jika kakak tiada mungkin juga rasa sakitnya hilang, jadi dia tidak menahannya terus hanya demi aku.

Namun, aku juga sedih karena kehilangan sosok yang paling mengerti aku yang bahkan tidak diketahui oleh orangtuaku. Sesaat setelah itu aku pun berusaha menguatkan hatiku dan menelpon kedua orang tua kami, dan mereka pun terkejut dan menyesal karena tidak bisa mngerti apa yang dirasakan dan apa yang dialami oleh anak-anaknya. Mereka pun langsung bergegas menuju kerumah sakit. Aku yang kala itu diluar masuk keruangan itu dengan perasaan campur aduk yang tak bisa kukendalikan.

“Kak, Maaf karena sudah terus memaksamu menahannya sendiri, sekarang kamu sudah tidak menahan rasa sakit lagi kan. Aku ikhlas kak dan selamat tidur pemilik sinar rembulan.” Ucapanku yang tidak bisa menahan air mataku yang terus berjatuhan.

Hingga beberapa saat....

Kedua orang tua kami datang, dan segera meminta maaf pada ku dan Kakak ku serta membereskan semuanya. Selang beberapa waktu setelah kepergian kakak kedua orangtuaku selalu memperhatikan ku dan aku bahkan jarang melihat mereka bertengkar lagi, dan kini mereka juga selalu ada untukku.

“Kak, jangan khawatir dan mencemaskanku lagi ya, disini mama dan papa sudah tidak bertengkar dan selalu ada untukku”. Kataku dalam hati.

“Semoga tenang disana kak, makasih sudah pernah mau berjuang buat sembuh walau pada akhirnya kamu juga disuruh menyerah oleh keadaan. Selamat jalan sangat pengagum Bulan”.

 

Selesai.

Ditulis oleh, Az Zahra Putri Nawa Al Hafis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar