Jumat, 06 November 2020

R E N D A H

Tetes demi tetes keringat mengalir dari dahinya yang mulai keriput. Rambutnya yang mulai beruban tanda masa hidupnya sudah cukup lama. Namun sampai umurnya yang tak lagi muda ini, sebut saja Pak Imin. Tidak pernah mengalami rasanya tidur di atas kasur yang empuk, dan tidak pernah mengalami nikmatnya mandi di bawah guyuran air shower.

Pak Imin telah ditinggal mati oleh istrinya yang meninggal pada umur 50 tahun, Pak Imin juga sudah ditinggal pergi oleh anak-anaknya yang sudah berkeluarga semua. Hanya gubuk reyot yang menjadi tempat bernaungnya. Pekerjaan Pak Imin saat ini adalah buruh tani yang penghasilannya tidak menentu. Disaat orang-orang seusianya seharusnya sedang duduk manis menikmati masa tua, ia malah masih berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri.

Terkadang orang-orang sekitarnya merasa iba akan nasib yang Pak Imin alami. Tak sedikit pula orang-orang disekitarnya memberi makan ataupun uang untuknya membeli bahan-bahan pokok. Namun Pak Imin selalu bersyukur akan pemberian oleh orang-orang disekitarnya, ia tak pernah menyerah.

Namun adakalanya dia menyesali nasibnya tersebut. Karena disaat remaja dulu Pak Imin lebih mementingkan putus sekolah ketimbang melanjutkan sekolahnya, dikarenakan kemiskinan yang telah ia alami, memaksanya untuk putus dari sekolah. Kini ia hanya merasa rendah karena pilihannya dulu ternyata mengantarkannya kepada penderitaan dan kemiskinan yang berlarut-larut..

 

-                 End.


Karya Wisnu Ade Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar