Kamis, 24 Maret 2022

 

Malam yang sunyi

Oleh : Monika Ristanti

 

Dalam sunyinya malam,

Angin yang bergemilir,

Suara yang sunyi,

Langit yang menampakan cahaya,

Diantara gelapnya malam,

bulan nan indah.

 

Aku bersimpuh diatas Sajadah,

Bersujud berkatup bisu,

Tanpa disadari air mata membasahi pipi,

Yang jatuh tanpa aba-aba.

 

Terang

Oleh : Saa As Yesa Agista

 

Dahulu temaram,

Kami tak kenal terang,

Pun siang tak kunjung benderang,

Hingga pahlawan datang.

 

Adorasi pahlawan-pahlawan kami,

T'lah tuntun kami menuju padang cahaya,

Menitis kami dengan Asanya,

Tak kenal lelah.

 

Pendar asa dalam nadinya,

Tri Dharma dalam jantung nya,

Debarnya menyeru Harsa,

Dengan ilmunya kini kami terang.

 

Bunga sedap Malam

oleh : Nura's

 

Bunga malam itu kini mekar,

Nampak indah dibawah sinar,

Nampak sedih di kesendiriannya,

Karena hanya dia yang mekar.

 

Diwaktu malam, tak ada kumbang.

Diwaktu malam, tak ada kembang.

Dan diwaktu malam, tak ada orang.

Yang mengagumi dan memandang.

 

Titip salam pada malam

Oleh : Saa As Yesa Agista

 

Malam berbalut sepi,

dingin merayu hati,

cahaya bulan ikut menghiasi,

nuansa misteri yang menyelimuti.

 

hilang padang dalam mata,

bayangmu menepi diangkasa,

entah berapa lama engkau disana,

Hingga ku tak bisa meraihnya.

 

korbankan diri dalam ilusi,

hanya sekedar hilangkan rindu, 

yang sempat membelenggu,

membuang waktu bersama angin,

Yang terbang bebas sesuka hati.

 

pada malam kutitipkan salam,

adakah engkau merasakan,

rindu yg begitu mendalam?

 

Waktu

Oleh : Uchin as Putri Diana

 

banyak kisah yang telah aku lewati,

Namun tak pernah bisa ku lupakan dari memori.


Dalam detik ini,

Ingin ku selimuti,

Bayang-bayang sepi,

Hingga aku kehilangan bayangan mu.

Aku masih seperti kemarin,

Menanti dalam hening,

Namun tak tak pernah bergeming,

Menuju ke arah ku,


Entahlah.....

Mungkin aku harus berlalu,

Mengalah pada waktu,

Karena hadirku bagimu,

Hanya sebagai sosok semu.


Sekarang aku cukup berdiri disini,

Tanpa segala sesuatu tentang mu.

                                                                         Surya

Oleh : Az-Zahra

 

Dia serupa seperti bumi,

Namun mempunyai cahaya terang sendiri, 

Surya tak pernah mengeluh,

Tidak seperti bulan yang akan remang ketika bintang hilang, 

Surya hanya memperlihatkan bagaimana cahaya yang selalu dia bawa,

Sinarnya yang begitu menyilaukan mata,

Menyebar hingga kedasar bumi yang ada,

Surya tak pernah diajarkan mengeluh,

Dia hanya dituntut untuk bersinar,

Namun ada kalanya dia merasa letih,

Hingga pijar yang tercipta.

Surya telah kelah,

                                                                   Namun harus terus menyala

 

Sang pemilik surga

 

Sendiri ku disini,

Aku merindukan sosok itu,

Sang pemilik surga take lain ibu ku.

 

Kau selalu menjadi sekolah pertama untukKu,

Kau selalu mengajarkan ku

Untuk mengenal alam dan keindahan dunia.

 

Orang yang selalu mendampingi ku

Disaat aku sedang terluka,

Maupun suka dan duka.

 

Tanpa kasih dan sayangmu,

Aku tidak akan pernah hidup dan mengenal dunia ini.

 

Oleh : Sadiyatus Sholihah


Temanku

 

Disetiap harapmu

Dan disetiap langkahmu,

Aku akan selalu mendukungmu.   


Kau tahu temanku?

Dalam diam ku,

Dan disetiap bait doaku,

Aku berharap yang terbaik untukmu.


Yang jauh disana aku rindu padamu,

Betapa banyak kenangan yang kita alami.

Aku hanya bisa mengenangnya,

Dan aku hanya bisa mendoakan,

Semoga kau sukses dikemudian hari.

 

Oleh : Sadiyatus & Naila Nur

 

Mimpi Sendiri

Oleh : Wisnu Ade Putra as NuraS

 

Ketika kau pergi,

Hari-hari ku mulai sendiri.


Ketika kau pergi,

Minggu-minggu terasa lama kulalui.


dan Ketika kau pergi,

Aku merindukanmu.


setiap kali melihat fotomu yang tersimpan rapih di galeri,

Dalam diam yang tak terusik,

Dalam damai yang berisik,

dan Aku mulai terusik.


Dengan beberapa kenangan,

Yang terlintas dan mengambang,

Kemudian memasuki mimpi yang sepi,

Tanpa kau di sini.

 

Hilang dan kelabu

Oleh : enjellika

 

Warna-warni itu kini tinggal kelabu,

Hangatnya kini telah hilang,

Digantikan dingin yang begitu menusuk tulang.

 

Senyumnya tak lagi terbit,

Digantikan sepinya malam,

Hening tak bisa dihindarkan.

 

Tutur katanya kini telah kasar,

Tangis tak terelakkan,

Kini semua terasa kosong,

Sepi dan hilang.

 

 

 

 

Luka dan Mati

Oleh : Wisnu Ade Putra As Nura’S

 

Dalam diam tubuhku,

Tertanam luka yang mulai tumbuh,

Tumbuh memenuhi relung hati,

Yang perlahan-lahan mati,

 

Luka itu tumbuh tinggi,

Menguras banyak energi,

Membuat hati tak sanggup lagi,

Menahan luka yang mulai menggerogoti,

 

Hanya mati yang menjadi solusi,

Untuk membuat luka itu pergi.

 

 

 

 

JENUH

 

 

Lelah tak kurasa,

Hanya rasa senang yang ada,

Jenuh menunggu

Bosan yang ada.

 

Melamun tak berguna,

Lebih baik membaca biar bisa,

Lalu merangkum kalimat sebuah cerita.

 

Walau hanya sebuah Fantasi belakang,

Itu bisa menjadi sebuah Motivasi

Untuk sebuah wacana,

Lalu mengundang sebuah ide dikepala.

 

 Oleh : Arlan Fadilah as Toru

 



 

Dia dan jarak

Oleh : Bhemy Ramadhan As Bemo ART

 

Walaupun senja indah disore hari,

Bulan bersinar di malam hari,

Walaupun kamu dan aku sejauh langit Bumi,

Tapi cinta kita sedekat jantung dan hati.


Jumat, 04 Maret 2022

SENJA

Hai senja.....

Bisakah kau mengindahkan kembali kisah hidupku

Aku ingin menjadi dirimu

Yang di manjakan oleh langit untuk menghiasi bumi

Dan aku iri pada tumbuhan

Yang kokoh di atas tanah

Yang sangat indah untuk di nikmati

Sedangkan aku ? Apa?

Hai senja...

Hanya di anggap bodoh oleh insan

Berusaha semangat  namun dipatahkan

Berusaha kokoh namun rapuh oleh omongan orang

Perjalanan ku masih panjang namun apakah aku sanggup?

Hai senja...

Aku malu kepadamu

Yang tetap bersinar berwarna jingga

 Yang meninggalkan tanpa menyakiti

 Melainkan membuat insan tersenyum lepas oleh kesedihan

 

Karya: Kurniawati


BBM SQUAD

Tak pernah aku temukan dimanapun, tim sekuat squad ini

Tak pernah aku temukan sebelumnya, keluarga tanpa ikatan darah sekental ini

Sudah berapa orang baru masuk,

Kemudian terpental karena tidak bisa mengikuti kegesitan dan ketangguhan kerja kalian

Tak kenal pagi buta, tak peduli larut malam

Tugas banyak dan berat dilalui dengan penuh canda dan tawa

Keluarga di rumah pun kerap protes karena suaminya terlalu betah di sekolah

Soliditas dan kekeluargaan yang tinggi mampu tepiskan ego dan dengki

Dari awal sampai hari ini, kita tidak pernah jadi dua apalagi tiga

Kami tetap satu, dan akan terus satu, karena yang berpotensi membelah diri,

Siap-siap akan saya ganti!

...

( karya Bpk. Hasan Haririe, S. Pd. I., Kepala SMK BBM Kandanghaur )


UNTUK SMK BBM

Tanggal 03 Februari 2006

Dimana berdirinya sebuah sekolah

Yang nyaman penuh kehangatan cinta

Tanpa lelah guru-guruku mengajarkan kita

Karena SMK BBM,

Kita dapat menuntut ilmu tanpa malu

Kita dapat belajar tanpa memikirkan biaya besar

Untuk SMK BBM,

Terima kasih telah menjadi wadah kita

Untuk menuntut ilmu bekal masa depan cerah

Untuk SMK BBM,

Terima kasih sudah menghadirkan kepala sekolah dan guru

Yang berakhlak mulia, berilmu dan wajib kami tiru

Memberikan pelajaran dan motivasi tiada henti

Terimakasih SMK BBM,

Sudah menjadi wadah kita melanjutkan sekolah

Selamat bertambah usia

Engkau akan menjadi kenangan terindah

Sekolah ternyaman dan penuh kehangatan

Dengan pahlawan yang merangkul tanpa pamrih


Oleh, Hermawatiningsih


K I R A N A

Kirana itu datang tiba-tiba

Bak obor ditengah malam

Ia menyala-nyala menampakan wujudnya

Yang elok dipandang ditengah kerumunan

Manusia yang lalu lalang berseliweran

 

Karya Wisnu Ade Putra

 


MELATI MATI

Hei melati yang mekar di pagi hari

Aku tak cukup hanya memandangi mu

Aku tak cukup hanya melihatmu

Ku ingin diriku memetik mu

Menjauhkan dirimu,

Dari para kumbang yang mengejar mu

Menjauhkan dirimu,

Dari para lebah yang menghisap mu..

 

Namun, ucapmu aku tak pantas

Aku tak pantas memetik mu

Aku tak pantas menyimpan dirimu

Lalu aku harus apa

Bila rasa suka ku

Dibatasi oleh kemauan mu

 

Hei melati yang kini layu

Aku sudah tak mau memetikmu

Aku sudah tak mau memilikimu

Aku hanya ingin melihatmu

Mati layu di pokok mu

---

Karya Wisnu Ade Putra


BULAN DAN PENGAGUMNYA

Hai semua, disini aku ingin menceritakan sedikit cerit. Tentang Kakak laki-laki ku yang sangat mengagumi bulan. Kisah ini bermula pada saat umurku 15 tahun dan Kakaku berumur 18 tahun. Di dalam keheningan malam yang gelap tanpa adanya bulan, kala itu aku ingin menanyakan sesuatu tentang tugas sekola kepada Kakak ku dikamarnya. Namun ketika aku ingin memasuki kamarnya aku melihat kakaku sedang menatap sesuatu yang terhalang oleh jendela.

“Kak, bantuin ak-“ Ucapanku yang terpotong karena terkejut melihat kakaku di dahinya ada perban.

Kaka kenapa, ma-?” Aku terkejut namun lagi dan lagi ucapan ku harus terpotong oleh suara kakakku.

Shutt... jangan bicara sama mama dan papa ya de”. Katanya sambil menutup mulutku, aku hanya mengangguk kan kepala.

Malam itu Kakak ku berbohong padaku, kalau dia baik-baik saja. Dia juga bilang itu hanya luka biasa. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan saat itu, aku ingin berbicara dengan mama dan papa tentang apa yang terjadi pada kakak, Namun kakak tidak ingin aku menceritakan hal ini pada mereka mungkin takut jika kedua orang tua kami mengkhawatirkannya. Beberapa hari setelah itu aku di telfon oleh salah satu rumah sakit, dan itu tentang kakakku. Ternyata kakakku selama ini berbohong padaku dan keluarga kami. Dia beralaskan bahwa dia sedang ingin berlibur dan izin tidak berangkat ke sekolah, ternyata dia sedang dirawat di rumah sakit.

Alasan kenapa salah seorang perawat menelpon ku karena, kakaku selalu keluar rumah sakit ketika malam hari padahal yang di takutkan oleh perawat itu adalah takut karena dapat berdampak buruk pada kesehatan nya. Jadi dia menelponku untuk menegur kakakku.

Line

Kakak

Kak?

                                  Iya dek

Dimana?

                                  Lagi di kost

Kakak, jangan bohong bisa gak?                                                                                             

                                  Maksudnya gimana dek?

Aku udah tahu kok, kalau kakak dirawat di rumah sakit kan?

                                  Kok kamu bisa tahu?

Nanti aku ceritain kenapa aku bisa tahu, sekarang kakak kirim lokasinya ke aku ya? aku ingin kesitu jenguk kakak. Tenang aja aku sendiri kok kak, nanti aku cari alasan supaya diizinin gak berangkat sekolah dulu sama papa dan mama buat main ke kost kakak. Oh iya aku juga nggak akan cerita apa pun ke Mereka.

 Yaudah deh tapi janji hati-hati ya, kesininya besok pagi aja jangan malem.

Sharelock

Iya kak,

Aku pergi besok, habis subuh berangkat kesana.

Jangan keluar rumah sakit terus cuma buat lihat bulan kak, kakak lagi sakit jangan banyak keluar malem nggak baik.

                                  Iya adik ku sayang...

Kaka masuk kedalam nih.

Selamat tidur cantiknya Kakak, mimpi indah ya.

Sampai jumpa besok.

Kakak juga selamat tidur...

~ ~

Setelah berkomunikasi dengan kakaku lewat line tadi, aku langsung meminta izin pada mama dan papa dan syukurlah aku diizinkan oleh mereka. Walau butuh waktu cukup lama untuk merayu mereka satu persatu, ya karena mereka selalu bertengkar jadi sulit untuk tenang didalam rumah dan meminta izin, karena itu kakak lebih memilih ngekost di dekat kampusnya daripada harus di rumah tambah  jaraknya lumayan jauh dan berada di rumah dengan suasana yang kurang damai. Walau begitu Kakak dan aku selalu berkabar dan bersama walau berpisah jarak.

Pagi pun tiba, tepat pada pukul 04.30 WIB aku bangun lalu bersiap mandi dan membereskan beberapa barang yang perlu dibawa. Pukul 05.00 WIB aku sedang di perjalanan menuju lokasi yang di berikan oleh kakak pada ku malam tadi. Sebelum sampai disana aku memberitahu kakakku dulu bahwa aku sedang dalam perjalanan.

Pada akhirnya aku sampai dirumah sakit tempat kakakku dirawat, tapi sebelum kesana aku mencari kost yang dekat dengan rumah sakit itu. Selang beberapa waktu aku dapat menemukan kost yang dekat dan juga tidak terlalu mahal tapi bagus dan segera menyewa nya serta membereskan beberapa barangku dan langsung menuju rumah sakit. Kenapa aku tidak ke kost kakak saja karenas jarakny sangat jauh dari rumah sakit. Sebelum mencapai ruangan kakak, aku penasaran akan penyakit apa yang diderita kakaku karena itu aku pun memberanikan diri untuk menemui dokter yang menangani kakakku.

“Permisi dok...” Ucapku sembari mengetuk ruangan dokter itu.

“Ya? Silahkan masuk.” Jawab dokter.

“Ada apa?” Tanya dokter

“Aku ingin menanyakan pasien yang berada di kamar 201 dok, apa penyakitnya parah?” Tanyaku dengan perasaan sedikit gemetar karena takut terjadi apa-apa terhadap kakakku.

“Oh, kamu adiknya ya?” Tanya dokter itu

“Kenapa baru datang kesini? Apa kau tidak peduli pada kakakmu?” Lanjutnya sinis padaku. “Kami juga pihak rumah sakit sangat sulit menghubungi keluarga pasien, baru nomormu saja yang kami hubungi lalu diangkat sedangkan nomor kedua orang tuamu tak pernah merespon” terang dokter lagi.

“Iya aku baru datang dok. Bukan karena tidak perduli tapi aku baru tahu jika kakakku dirawat ketika ada suster rumah sakit ini yang menghubungikku malam kemarin”. Jelasku.

“Mungkin kakakmu yang menyembunyikan hal ini padamu ya? Kalau begitu maaf kan saya yang berburuk sangka padamu”. Jawab dokter itu sedikit tak enak hati.

“Kakak mu punya penyakit yang bisa dikatakan tidak main-main, leukimia yang sudah cukup lama dan cukup parah.” Tegas dokter itu.

“Apa?! Leukimia?!” Aku terkaget.

“Tapi dok, bukan kah leukimia masih bisa disembuhkan?” Tanyaku lagi.

“Memang bisa, namun ketika kami ingin mengobati kakakmu dia selalu menolak melakukannya. Dia tidak mau menambah biaya karena uang tabungannya sudah habis”. Jelas dokter itu padaku lagi.

“Dok, tolong sembuhkan kakakku. Aku yang akan berusaha dan bekerja untuk mendapat uang dan membayar semua tagihan rumah sakit ini”. Kataku memohon.

“Baik, saya akan berusaha semaksimal yang saya bisa”. Katanya.

Setelah aku selesai berbicara dengan dokter itu, aku segera menuju kamar kakaku. Disana dia sedang berbaring istirahat. Disitu aku duduk di kursi yang ada tepat disebelahnya.

“Kak, maaf belum bisa menjadi adik yang bisa membuatmu bahagia” Ucapku sambil memegang tangan kakaku.

“Apa yang kamu katakan?” Sargah kakakku sambil tersenyum

“Kamu bahkan sudah menjadi adik yang sempurna bagi Kakak”. Ucap kakak padaku “Kakak.....” Panggilku yang tanpa sadar membuat air mata ku jatuh. “Aku ingin kakak cepat sembuh”. Kataku yang menangis sesenggukan sambil didekap pelukan hangat oleh kakak u.

“Maafin kakak ya de, udah bohongin kamu tentang ini. Udah nyusahin kamu, mama sama papa juga. Kakak emang gak berguna, kakak ini nggak pantes jadi kakak kamu”. Ucapnya sendu. “Kakak penyakitan de, apa pantes kakak jadi kakak kamu?” Lanjutnya sampai tak sadar bahwa dia juga meneteskan air mata dan terus memelukku.

“Apa yang Kakak katakan?! Aku benci kakak jika Kakak mengatakan hal itu lagi padaku” Kataku sambil mendongak menatap wajah Kaka ku"

“Cup... cup... udah nangisnya ya, kakak gak bisa janji tapi kakak bakal berusaha sekuat kakak supaya bisa sembuh ya?” Jawabnya

“Demi kamu”. Lanjutnya kemudian.

Perbincangan hangat itu membuatku lupa untuk meminta izin pada kakak, bahwa aku ingin mencari pekerjaan. Tapi ketika aku meminta izin padanya, pasti dia juga mungkin tidak mengizinkanku karena dia tidak mau aku terlalu capek. Karena dia selalu memperhatikan kondisiku dari pada kondisinya sejak kecil.

Esok hari tiba aku terus mencari pekerjaan dan syukurlah aku mendapatkannya walau upahnya belum cukup banyak tapi aku dapat menabung supaya bisa membuat kakak sembuh. Aku terus bekerja sampai mama dan papa khawatir padaku dan kakak karena sudah beberapa bulan kami sudah tidak menghubungi mereka lagi, dan mereka pun mecari ku sampai sampai menelponku berkali-kali. Namun aku tidak pernah menjawabnya, bukan karena aku membenci mereka hanya saja aku harus terus bekerja kalau tidak bagaimana kakak bisa  sembuh.

Beberapa bulan kemudian...

Dokter itu menghubungiku,dan mengatakan bahwa kakakku dalam keadaan kritis dan aku disuruh kesana. Aku pun bergegas tanpa memedulikan pekerjaanku. Aku terus berlari sambil meneteskan air mata, aku terlalu takut kehilangan sosok itu dan sesampainya aku disana kakak terus berjuang supaya bisa tersenyum manis dihadapanku, namun dia telah selesai dalam tugasnya dan menyerah untuk terus berjuang. Kini pengagum bulan itu telah tiada.

Aku pun tidak tahu harus bagaimana dengan ini. Aku senang, sedih, kesal, marah, juga benci. Namun, jika ini memang sudah kehendak Tuhan maka apa yang harus kita lakukan. Aku juga senang karena kakak tak merasakan sakit lagi, sekaligus sedih karena aku kehilangan sosok kakak dihidupku. Aku selalu berpikir bahwa jika kakak tiada mungkin juga rasa sakitnya hilang, jadi dia tidak menahannya terus hanya demi aku.

Namun, aku juga sedih karena kehilangan sosok yang paling mengerti aku yang bahkan tidak diketahui oleh orangtuaku. Sesaat setelah itu aku pun berusaha menguatkan hatiku dan menelpon kedua orang tua kami, dan mereka pun terkejut dan menyesal karena tidak bisa mngerti apa yang dirasakan dan apa yang dialami oleh anak-anaknya. Mereka pun langsung bergegas menuju kerumah sakit. Aku yang kala itu diluar masuk keruangan itu dengan perasaan campur aduk yang tak bisa kukendalikan.

“Kak, Maaf karena sudah terus memaksamu menahannya sendiri, sekarang kamu sudah tidak menahan rasa sakit lagi kan. Aku ikhlas kak dan selamat tidur pemilik sinar rembulan.” Ucapanku yang tidak bisa menahan air mataku yang terus berjatuhan.

Hingga beberapa saat....

Kedua orang tua kami datang, dan segera meminta maaf pada ku dan Kakak ku serta membereskan semuanya. Selang beberapa waktu setelah kepergian kakak kedua orangtuaku selalu memperhatikan ku dan aku bahkan jarang melihat mereka bertengkar lagi, dan kini mereka juga selalu ada untukku.

“Kak, jangan khawatir dan mencemaskanku lagi ya, disini mama dan papa sudah tidak bertengkar dan selalu ada untukku”. Kataku dalam hati.

“Semoga tenang disana kak, makasih sudah pernah mau berjuang buat sembuh walau pada akhirnya kamu juga disuruh menyerah oleh keadaan. Selamat jalan sangat pengagum Bulan”.

 

Selesai.

Ditulis oleh, Az Zahra Putri Nawa Al Hafis