Rabu, 06 Oktober 2021

SEPASANG SEPATU IMPIAN

Hai, namaku Aldo. Aku akan menceritakan kisah hidupku yang ingin mempunyai sepatu baru kayak teman – temanku, dan inilah ceritaku.

Saat itu, Hari Senin tepatnya di Jalan Mekar Sari Nomor 43 Jakarta di sebuah SMPN 45 Jakarta Selatan, aku berangkat dari rumah ke sekolah pukul 07:40 WIB. Sedikit terlambat. Alhasil, sesampainya disana aku dihukum oleh pak guru karena terlambat 40 menit. Pak guru menghukumku berdiri di depan tiang bendera. Saat itu jam belajar tengah berlangsung, namun sepasang mata melihatku dari jendela kelas, ya mata milik Kevin. Anak yang menyebalkan yang selalu mengejekku.

“Eh...liat deh si Aldo lagi duhukum!” Serunya membuat teman-teman lain menengok ke arahku. “Udah sepatunya kusam dekil nggak layak pakai ketinggalan lagi! Hahaha…!” Tambah Kevin sambil tertawa puas diikuti oleh tawa teman-teman lainnya.

Aku menarik nafas sedikit sesak mendengar perkataan Kevin dan tawa teman-temanku “Seandainya mereka merasakan menjadi diriku yang hidup susah, jangankan membeli sepatu untuk makan sehari-hari saja sangat susah…”

Selepas hukumanku berakhir, Kevin and The Genk-nya mendekatiku dengan gaya sinis dan sombongnya. “Hei dekil! Minggir! Sana,  tempatmu bukan disini tapi ditempat sampah!” Kata mereka memakiku dengan tawa terbahak-bahak. Aku hanya diam menahan dadaku yang sesak. Tapi tiba-tiba datang Risa, teman masa kecil sekaligus sahabat baikku.

 “Pergi kalian! sialan jangan ganggu Aldo!” Hardik Risa dengan suara keras.

 “Eits... ada ceweknya datang donk… cie pacarnyaa… hahaha!” Kata Kevil dengan ekspresi menyebalkan.

 “Mau gue ceweknya kek atau bukan kek, bukan urusan lo! Lo ganggu dia lagi gue laporin ke guru BK! Gue rekam kelakuan lo tadi”. Risa menunjukan layar handphonenya ke muka Kevin, membuat nyali Kevin menciut.

“Sialan! Ayo pergi!” Kevil pun mengajak teman-temannya pergi meninggalkan mereka berdua. “Kamu baik-baik saja kan do? nggak dia apa-apain sama mereka kan?” Tanya Risa khawatir melihat diriku dari atas sampai bawah.

Aku menggeleng pelan, namun tak terasa air mataku menetes.

Risa menepuk punggungku menenangkan. “Sudah tak apa, nanti kalau Kevil ganggu lagi kasih tau aku ya? Aku laporin dia ke guru BK”. Hibur Risa lembut.

“Iya, makasih ya Ris… tapi kayaknya Kevin ga bakal kapok ngeganggu aku.”

“Memangnya kamu buat salah sama dia?”

“Ngga, itu karena….” Aku tidak melanjutkan kata-kataku, mataku menunjuk ke bagian kakiku. Sepasang sepatu usang dan dekil yang ku kenakan.

Risa mengikuti arah pandangku. Memandangku iba.

 “Oh… karena itu. Udah gak usah dipikirkan, aku punya sepasang sepatu yang gak pernah aku pakai karena kebesaran. Mungkin kalau kamu pakai ukuran kakimu dan sepatu itu pas.” Kata Risa kembali menghiburku.

“Ah yang benar Ris?!”

“Iya, kenapa kamu ga pernah cerita… kita kan teman… nanti pulang sekolah kamu mampir ke rumahku, aku akan sudah membungkuskan sepatu itu karena memang aku sudah berniat memberikannya padamu.”

Wajahku berbinar penuh rasa senang. “Sekali lagi makasih ya Ris…” Ucapku penuh rasa senang sambil memeluk Risa hangat.

Esoknya, aku pergi ke sekolah memakai sepatu pemberian Risa. Modelnya sangat aku suka, benar-benar sepatu yang masih baru dan pas ku pakai. Sepatu impian ku selama ini. Aku benar-benar beruntung memiliki teman seperti Risa. Gadis pintar dan baik hati. Pantas saja di sekolah teman-teman sangat menyukai Risa. Risa tidak pernah memilih berteman dengan siapapun. Tidak seperti Kevin, yang hanya ingin berteman dengan anak-anak orang kaya di sekolah. Padahal, berteman dari melihat kebaikan hati itu lebih menyenangkan daripada melihat materi.

End.

Ditulis Oleh, Arlan Fadilah

Digubah oleh Akriz


Tidak ada komentar:

Posting Komentar