Hai,
namaku Aldo. Aku akan menceritakan kisah hidupku yang ingin mempunyai sepatu
baru kayak teman – temanku, dan inilah ceritaku.
Saat
itu, Hari Senin tepatnya di Jalan Mekar Sari Nomor 43 Jakarta di sebuah SMPN 45
Jakarta Selatan, aku berangkat dari rumah ke sekolah pukul 07:40 WIB. Sedikit
terlambat. Alhasil, sesampainya disana aku dihukum oleh pak guru karena
terlambat 40 menit. Pak guru menghukumku berdiri di depan tiang bendera. Saat
itu jam belajar tengah berlangsung, namun sepasang mata melihatku dari jendela
kelas, ya mata milik Kevin. Anak yang menyebalkan yang selalu mengejekku.
“Eh...liat
deh si Aldo lagi duhukum!” Serunya membuat teman-teman lain menengok ke arahku.
“Udah sepatunya kusam dekil nggak layak pakai ketinggalan lagi! Hahaha…!”
Tambah Kevin sambil tertawa puas diikuti oleh tawa teman-teman lainnya.
Aku
menarik nafas sedikit sesak mendengar perkataan Kevin dan tawa teman-temanku “Seandainya
mereka merasakan menjadi diriku yang hidup susah, jangankan membeli sepatu
untuk makan sehari-hari saja sangat susah…”
Selepas
hukumanku berakhir, Kevin and The Genk-nya mendekatiku dengan gaya sinis dan
sombongnya. “Hei dekil! Minggir! Sana, tempatmu bukan disini tapi ditempat sampah!”
Kata mereka memakiku dengan tawa terbahak-bahak. Aku hanya diam menahan dadaku
yang sesak. Tapi tiba-tiba datang Risa, teman masa kecil sekaligus sahabat
baikku.
“Pergi kalian! sialan jangan ganggu Aldo!”
Hardik Risa dengan suara keras.
“Eits... ada ceweknya datang donk… cie
pacarnyaa… hahaha!” Kata Kevil dengan ekspresi menyebalkan.
“Mau gue ceweknya kek atau bukan kek, bukan
urusan lo! Lo ganggu dia lagi gue laporin ke guru BK! Gue rekam kelakuan lo
tadi”. Risa menunjukan layar handphonenya ke muka Kevin, membuat nyali Kevin
menciut.
“Sialan!
Ayo pergi!” Kevil pun mengajak teman-temannya pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kamu baik-baik saja kan do? nggak dia apa-apain sama mereka kan?” Tanya Risa
khawatir melihat diriku dari atas sampai bawah.
Aku
menggeleng pelan, namun tak terasa air mataku menetes.
Risa
menepuk punggungku menenangkan. “Sudah tak apa, nanti kalau Kevil ganggu lagi
kasih tau aku ya? Aku laporin dia ke guru BK”. Hibur Risa lembut.
“Iya,
makasih ya Ris… tapi kayaknya Kevin ga bakal kapok ngeganggu aku.”
“Memangnya
kamu buat salah sama dia?”
“Ngga,
itu karena….” Aku tidak melanjutkan kata-kataku, mataku menunjuk ke bagian
kakiku. Sepasang sepatu usang dan dekil yang ku kenakan.
Risa
mengikuti arah pandangku. Memandangku iba.
“Oh… karena itu. Udah gak usah dipikirkan, aku
punya sepasang sepatu yang gak pernah aku pakai karena kebesaran. Mungkin kalau
kamu pakai ukuran kakimu dan sepatu itu pas.” Kata Risa kembali menghiburku.
“Ah
yang benar Ris?!”
“Iya,
kenapa kamu ga pernah cerita… kita kan teman… nanti pulang sekolah kamu mampir
ke rumahku, aku akan sudah membungkuskan sepatu itu karena memang aku sudah
berniat memberikannya padamu.”
Wajahku
berbinar penuh rasa senang. “Sekali lagi makasih ya Ris…” Ucapku penuh rasa
senang sambil memeluk Risa hangat.
Esoknya,
aku pergi ke sekolah memakai sepatu pemberian Risa. Modelnya sangat aku suka,
benar-benar sepatu yang masih baru dan pas ku pakai. Sepatu impian ku selama
ini. Aku benar-benar beruntung memiliki teman seperti Risa. Gadis pintar dan
baik hati. Pantas saja di sekolah teman-teman sangat menyukai Risa. Risa tidak
pernah memilih berteman dengan siapapun. Tidak seperti Kevin, yang hanya ingin
berteman dengan anak-anak orang kaya di sekolah. Padahal, berteman dari melihat
kebaikan hati itu lebih menyenangkan daripada melihat materi.
End.
Ditulis Oleh,
Arlan Fadilah
Digubah oleh
Akriz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar