Sabtu, 17 Oktober 2020

CERITA CINTA BANGKU SMP

Cerita ini adalah ceritaku, cerita awal dari sebuah rasa. Rasa nano-nano percintaan anak SMP yang tengah pubertas.  Aku menyukainya. Rasa sukaku bermula di sini. Ketika aku menginjak kelas VIII. Saat itu di kelas saya berjumlah tiga puluh empat siswa. Diantaranya, dua puluh empat anak laki-laki dan sepuluh anak perempuan. Dan dia, salah satu dari sepuluh siswi perempuan itu. Aku tidak akan menyebutkan siapa namanya. Akan ku panggil dia. Ya, Dia yang telah membuatku setengah gila karena memikirkannya.

Aku salah satu anak yang jahil, seringkali aku mengganggunya. Seperti hari ini, ketika dia sedang menulis, aku ambil pulpen yang dia gunakan. Secara otomatis dia marah, dan itu memang salah satu tujuanku.

“Hey! Kenapa sih jadi anak reseh banget!” Teriaknya kepadaku dengan wajah kesal namun terlihat manis.

Aku tertawa kemudian menjawab perkataannya yang semakin menyulut emosinya “Biarin, daripada bete!” tukasku cekikikan.

“Dasar anak reseh!” Umpatnya semakin kesal.

Setia hari, selalu aku ulang kelakuan menyebalkanku itu kepada dia, dengan harapan agar dia memperhatikanku dan membuka keakraban denganku. Hari berganti hari, lama-kelamaan rasa itu pun tumbuh diantara aku dan dia. Entah siapa yang merasakan pertama kali. Namun, cinta ala-ala anak SMP saat itu benar-benar kami rasakan. Hingga pada tanggal  29 April, ketika sekolah kami mengadakan Pawidya kelas XI, aku mengatakannya. Ya, mengatakan perasaanku.

“Kamu, mau gak jadi pacarku?” tanyaku tiba-tiba dengan memberikan sebuah bunga yang sebelumnya ku pinjam dari kakak kelas. Saat itu aku dan dia tengah berada disebuah ruangan.

“Apaan sih kamu tuh!" Katanya dengan senyum malu terulas di wajahnya.

Setelah acara pawidya selesai, malamnya aku mendapat pesan di poselku darinya yang mengatakan bahwa dia menerima pengakuan cintaku tadi siang. Aku sangat senang meski penerimaan darinya tidak secara langsung, mungkin dia malu saat itu. dan cerita cinta bangku SMP ku berjalan mulus. Aku harap denganku, dia akan merasa bahagia menjalani hari-harinya.


End.


    Karya: Ahmad Alfarizi

    Disunting oleh: Shela Enjelika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar