Sabtu, 17 Oktober 2020

Sudah Banggakah Kau Berbahasa Ibu Pertiwi?

Sudah banggakah kau berbahasa ibu pertiwi?

Bahasa yang diperjuangkan pemuda Indonesia

Bahasa pemersatu bangsa

Bahasa nusantara

Bahasa kebanggaan kita

Sudah banggakah kau berbahasa ibu pertiwi?

Atau kau lebih bangga berbahasa asing?

Agar terlihat wah

Agar terlihat paling bisa

Tapi, tidak pandai berbahasa ibu pertiwi

Benar-benar prihatin

Sudah sepatutnya kita menghargai

Sudah sepatutnya kita mencintai

Sudah sepatutnya kita pakai

Bahasa ibu pertiwi

Lalu, sudah banggakah kau berbahasa ibu pertiwi?

Atau... kau lebih bangga berbahasa asing?


Karya, Miss Akriz

NEGERI PENUH BAHASA

Negeri kita

Negeri penuh bahasa

Beragam,

Hingga tak terhitung jumlahnya

Selalu ada ciri khas dari setiap bahasa

Yang harus kita jaga

Yang harus kita lestarikan

Negeri kita

Berbeda suku dan budaya

Jarak terbentang luas

Dari sabang sampai marauke

Namun,

Karena bahasa kita disatukan

Karena bahasa kita bersaudara

Yaitu bahasa persatuan

Bahasa Indonesia


Karya, Shela Enjelika

CERITA CINTA BANGKU SMP

Cerita ini adalah ceritaku, cerita awal dari sebuah rasa. Rasa nano-nano percintaan anak SMP yang tengah pubertas.  Aku menyukainya. Rasa sukaku bermula di sini. Ketika aku menginjak kelas VIII. Saat itu di kelas saya berjumlah tiga puluh empat siswa. Diantaranya, dua puluh empat anak laki-laki dan sepuluh anak perempuan. Dan dia, salah satu dari sepuluh siswi perempuan itu. Aku tidak akan menyebutkan siapa namanya. Akan ku panggil dia. Ya, Dia yang telah membuatku setengah gila karena memikirkannya.

Aku salah satu anak yang jahil, seringkali aku mengganggunya. Seperti hari ini, ketika dia sedang menulis, aku ambil pulpen yang dia gunakan. Secara otomatis dia marah, dan itu memang salah satu tujuanku.

“Hey! Kenapa sih jadi anak reseh banget!” Teriaknya kepadaku dengan wajah kesal namun terlihat manis.

Aku tertawa kemudian menjawab perkataannya yang semakin menyulut emosinya “Biarin, daripada bete!” tukasku cekikikan.

“Dasar anak reseh!” Umpatnya semakin kesal.

Setia hari, selalu aku ulang kelakuan menyebalkanku itu kepada dia, dengan harapan agar dia memperhatikanku dan membuka keakraban denganku. Hari berganti hari, lama-kelamaan rasa itu pun tumbuh diantara aku dan dia. Entah siapa yang merasakan pertama kali. Namun, cinta ala-ala anak SMP saat itu benar-benar kami rasakan. Hingga pada tanggal  29 April, ketika sekolah kami mengadakan Pawidya kelas XI, aku mengatakannya. Ya, mengatakan perasaanku.

“Kamu, mau gak jadi pacarku?” tanyaku tiba-tiba dengan memberikan sebuah bunga yang sebelumnya ku pinjam dari kakak kelas. Saat itu aku dan dia tengah berada disebuah ruangan.

“Apaan sih kamu tuh!" Katanya dengan senyum malu terulas di wajahnya.

Setelah acara pawidya selesai, malamnya aku mendapat pesan di poselku darinya yang mengatakan bahwa dia menerima pengakuan cintaku tadi siang. Aku sangat senang meski penerimaan darinya tidak secara langsung, mungkin dia malu saat itu. dan cerita cinta bangku SMP ku berjalan mulus. Aku harap denganku, dia akan merasa bahagia menjalani hari-harinya.


End.


    Karya: Ahmad Alfarizi

    Disunting oleh: Shela Enjelika

PROFIL KEPALA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK BANGUN BANGSA MANDIRI KANDANGHAUR


 

Nanang Fathurrahmanie, S. Kom., lahir pada tanggal 24 Mei 1989 di Indramayu tepatnya di Desa Karanganyar Blok Cilet. Beliau menjabat sebagai Kepala Program Studi Teknik Komuter dan Jaringan sekaligus guru produktif bidang tersebut di SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur. Beliau yang kerap disapa Pak Nanang ini, terlahir dari keluarga yang mampu sehingga orang tua beliau dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

Beliau memulai pendidikannya di SD Negeri 3  Karanganyar pada tahun 2000, setelah itu beliau melanjutkan kejenjang MTS Negeri Kandanghaur dan lulus pada tahun 2004. Kemudian beliau melanjutkan ke pesantren yang terletak di Kota Bogor dekat dengan Kota Sukabumi, kurang lebih selama enam bulan yang akhirnya beliau pindah pesantren Ke Cirebon. Perpindahan pesantren tersebut dilatarbelakangi oleh diri beliau yang susah diatur sehingga sering keluar masuk pesantren beberapa kali. Namun, pada akhirnya beliau pindah sekolah ke Madrasah Aliyah MISAYA MINA, Eretan dan menamatkan pendidikan menengahnya pada tahun 2007. Di tahun 2008 beliau mendaftar kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) POLTEK Cirebon. Sembari menyelesaikan pendidikan sarjananya, beliau juga mulai mengajar di SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur pada tahun 2010. Namun, pada saat itu jam mengajar beliau tidak full dikarenakan berbenturan dengan jam kuliahnya. Kesibukannya dengan tugas-tugas kuliah dan mengajar tidak membuatnya malas untuk terus mengejar gelar sarjana strata satunya, sehingga pada tahun 2012 beliau berhasil mendapatkan gelar Sarjana Komputer di perguruan tinggi tersebut. Lulus dari kuliah pun membuatnya mendapat kepercayaan untuk mengajar full di kelas tepat pada tahun 2014.

“Jangan pernah takut untuk mencoba hal yang baru. Karena, jika kalian berpikiran tentang resiko takut akan sesuatu kalian tidak akan pernah berhasil. Karena sudah pasti segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan akan memiliki resikonya masing-masing. Jadi intinya, jangan pernah takut untuk memulai hal yang baru.Pesan beliau untuk memotivasi anak didiknya sebagai generasi penerus bangsa. Semoga SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur menjadi SMK terdepan. Bukan hanya didaerah Kandanghaur saja. Tapi di Indramayu bahkan bisa tingkat provinsi dan nasional. Semua itu pasti bias terjadi karena kita bisa. lanjut beliau memberikan pesan kepada lembaga pendidikan dimana beliau mengabdikan dirinya.



Beliau yang juga menjabat sebagai wali kelas XII Teknik Komputer dan Jaringan, selama di kelas maupun di luar kelas beliau selalu berusaha menciptakan suasana yang nyaman seperti teman dan keluarga saat berinteraksi dengan para anak didiknya. Beliau selalu mengatakan bahwa “Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar dan mencari ilmu tetapi juga untuk membentuk kebersamaan karena kita semua adalah keluarga. Rasa bosan siswa akan terlihat dari proses interaksi antara guru dan siswanya. Imbuh beliau menutup wawancara.


Ditulis oleh: Ahmad Alfarizi, Amrina Rosada dan Angelica Aura Putri