Nurdin, anak
pertama dari pasangan Bpk. Kawang dan Ibu Wasniah. Beliau lahir di Indramayu
pada tanggal 24 April 1986. Beliau yang memiliki hobi berolahraga terutama dalam
bidang volly dan sepak bola ini sekarang menetap di Desa Wirakanan. Dilatarbelakangi oleh didikan orang tua yang sangat keras dan tegas, beliau selalu mengingat
perkataan mereka bahwa belajar
itu tidak hanya diperoleh dari bangku sekolah, tapi bisa didapatkan ditempat
lain juga. Seperti belajar di luar tentang keterampilan, apapun selama itu
masih termasuk belajar hal baik. Sehingga, sejak beliau memutuskan masuk ke
dalam dunia pendidikan, beliau bertekad
ingin menjadi orang yang lebih baik. “Di dunia
pendidikan kita
akan selalu belajar tanpa batas waktu dan akan lebih menyadari betapa
pentingnya ilmu untuk kehidupan, seperti yang tercermin dalam sebuah hadist
bahwa kita menuntut ilmu dari mulai lahir sampai akhir hayat”.
Kata beliau dalam wawancara.
Beliau memulai pendidikannya
di Sekolah Dasar Negeri 3 Panyingkaran Kidul pada tahun 1993 – 1998, dan melanjutkan
sekolah menengah pertamanya di MTS Pesantren Al-Mu’Minien pada tahun 1999 –
2001, kemudian melanjutkan sekolah menengah atasnya di MA Pesantren
Al-Mu’Minien pada tahun 2002 – 2004. Beliau juga pernah tercatat sebagai mahasiswa Universitas Wiralodra (UNWIR) pada tahun 2006 – 2010. Namun, bagi beliau ruang
lingkup belajar mengajar sudah tidak asing lagi, karena sejak tahun 2005
setelah lulus dari sekolah menengah atasnya, beliau sudah mulai menapaki dunia
belajar mengajar sebelum mendapatkan gelar sarjanannya. Kala itu beliau mulai
mengajar di SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur hingga sekarang.
Di SMK Bangun Bangsa
Mandiri Kandanghaur, selain sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,
beliau juga dipercaya memangku jabatan Wakil Kepala Sarana dan Prasarana serta
Wali Kelas XII Teknik Bisnis Sepeda Motor. Dalam perjalannya menuntut ilmu, beliau
pun pernah terpilih menjadi salah satu siswa di Boardding School yang
diperuntukan untuk anak-anak yang berdedikasi mengabdi kepada almamater di
Pondok Pesantren Al-Mu’Minien. Di sini, beliau kembali menerapkan didikan dari
orang tua yaitu belajar dimanapun. Dimana Boardding School yang latar
belakangnya adalah pesantren tapi disana
beliau juga belajar mengintalasi lisrik yang seharusya materi tersebut
diajarkan pada sekolah menengah kejuruan di jurusan Teknik Bisnis Sepeda Motor seperti SMK Bangun Bangsa
Mandiri Kandanghaur. Tapi beliau percaya, ilmu akan berguna selama itu masih
termasuk belajar hal baik seperti pesan
dari kedua orang tuanya kala itu. Bahkan, beliau sudah banyak belajar berbagai
hal dari lingkungan manapun di tempat beliau menginjakan kakinya.
Selama berkecimpung dalam
dunia pendidikan, mau tidak mau hal tersebut mengharuskan beliau mengenal lebih
dekat kepribadian semua siswa didiknya, terkhusus dalam penyerapan materi
pembelajaran yang beliau ajarkan. “Dari tahun ke
tahun atau dari angkatan ke angkatan, perbedaan antar siswa dan siswi satu dengan
yang lainnya untuk memahami materi pasti ada. Ada siswa dan siswi
yang cepat memahami materi dan ada juga siswa dan siswi yang susah sekali dalam
memahami materi,
bahkan materi dasar sekalipun
yang
saya ajarkan.”
Terang beliau menjelaskan pengalaman mengajarnya selama ini di tengah
wawancara.
Namun telepas dari hal
tersebut, menurut beliau siswa dan siswi SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur
sangat unik. Terlebih lagi jika dilihat dari latar belakang keluarganya yang
berbeda-beda, ada
orang tua siswa yang bekerja sebagai petani, pedagang bahkan terkadang ada
siswa yang bersekolah sambil bekerja diwaktu luang mereka untuk biaya sekolah
dan menambah uang saku mereka sendiri. “Pernah
ada siswa yang mengikuti kegiatan seni di daerahnya, dia terkadang meminta izin
di jam sekolah untuk mengikuti kegiatan tersebut yaitu manggung dari panggung
ke panggung, dan tentunya hal tersebut harus ada persetujuan keluar dari pihak
sekolah. Bersyukurnya kegiatan di luar jam belajar tersebut tidak membuat
mereka melupakan status mereka sebagai seorang siswa. Sesibuk apapun mereka
mencari uang saku tambahan, mereka masih memiliki keinginan untuk bersekolah
demi kehidupan mereka yang lebih baik di masa depan.” Kata beliau menutup
wawancara siang itu.
Ditulis
oleh : Hermawati Ningsih, Ida Farihani dan Atika Nina
Soleha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar