Jumat, 18 September 2020

PROFIL WAKIL KEPALA SARANA DAN PRASARANA SMK BANGUN BANGSA MANDIRI KANDANGHAUR


Nurdin, anak pertama dari pasangan Bpk. Kawang dan Ibu Wasniah. Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 24 April 1986. Beliau yang memiliki hobi berolahraga terutama dalam bidang volly dan sepak bola ini sekarang menetap di Desa Wirakanan. Dilatarbelakangi oleh didikan orang tua yang sangat keras dan tegas, beliau selalu mengingat perkataan mereka bahwa belajar itu tidak hanya diperoleh dari bangku sekolah, tapi bisa didapatkan ditempat lain juga. Seperti belajar di luar tentang keterampilan, apapun selama itu masih termasuk belajar hal baik. Sehingga, sejak beliau memutuskan masuk ke dalam dunia pendidikan, beliau bertekad ingin menjadi orang yang lebih baik. “Di dunia pendidikan kita akan selalu belajar tanpa batas waktu dan akan lebih menyadari betapa pentingnya ilmu untuk kehidupan, seperti yang tercermin dalam sebuah hadist bahwa kita menuntut ilmu dari mulai lahir sampai akhir hayat”. Kata beliau dalam wawancara.

Beliau memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 3 Panyingkaran Kidul pada tahun 1993 – 1998, dan melanjutkan sekolah menengah pertamanya di MTS Pesantren Al-Mu’Minien pada tahun 1999 – 2001, kemudian melanjutkan sekolah menengah atasnya di MA Pesantren Al-Mu’Minien pada tahun 2002 – 2004. Beliau juga pernah tercatat sebagai mahasiswa Universitas Wiralodra (UNWIR) pada tahun 2006  – 2010. Namun, bagi beliau ruang lingkup belajar mengajar sudah tidak asing lagi, karena sejak tahun 2005 setelah lulus dari sekolah menengah atasnya, beliau sudah mulai menapaki dunia belajar mengajar sebelum mendapatkan gelar sarjanannya. Kala itu beliau mulai mengajar di SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur hingga sekarang.

Di SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur, selain sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, beliau juga dipercaya memangku jabatan Wakil Kepala Sarana dan Prasarana serta Wali Kelas XII Teknik Bisnis Sepeda Motor. Dalam perjalannya menuntut ilmu, beliau pun pernah terpilih menjadi salah satu siswa di Boardding School yang diperuntukan untuk anak-anak yang berdedikasi mengabdi kepada almamater di Pondok Pesantren Al-Mu’Minien. Di sini, beliau kembali menerapkan didikan dari orang tua yaitu belajar dimanapun. Dimana Boardding School yang latar belakangnya adalah pesantren tapi disana beliau juga belajar mengintalasi lisrik yang seharusya materi tersebut diajarkan pada sekolah menengah kejuruan di jurusan Teknik Bisnis Sepeda Motor seperti SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur. Tapi beliau percaya, ilmu akan berguna selama itu masih termasuk belajar hal baik  seperti pesan dari kedua orang tuanya kala itu. Bahkan, beliau sudah banyak belajar berbagai hal dari lingkungan manapun di tempat beliau menginjakan kakinya.

Selama berkecimpung dalam dunia pendidikan, mau tidak mau hal tersebut mengharuskan beliau mengenal lebih dekat kepribadian semua siswa didiknya, terkhusus dalam penyerapan materi pembelajaran yang beliau ajarkan. “Dari tahun ke tahun atau dari angkatan ke angkatan, perbedaan antar siswa dan siswi satu dengan yang lainnya untuk memahami materi pasti ada. Ada siswa dan siswi yang cepat memahami materi dan ada juga siswa dan siswi yang susah sekali dalam memahami materi, bahkan materi dasar sekalipun yang saya ajarkan. Terang beliau menjelaskan pengalaman mengajarnya selama ini di tengah wawancara.




Namun telepas dari hal tersebut, menurut beliau siswa dan siswi SMK Bangun Bangsa Mandiri Kandanghaur sangat unik. Terlebih lagi jika dilihat dari latar belakang keluarganya yang berbeda-beda, ada orang tua siswa yang bekerja sebagai petani, pedagang bahkan terkadang ada siswa yang bersekolah sambil bekerja diwaktu luang mereka untuk biaya sekolah dan menambah uang saku mereka sendiri. “Pernah ada siswa yang mengikuti kegiatan seni di daerahnya, dia terkadang meminta izin di jam sekolah untuk mengikuti kegiatan tersebut yaitu manggung dari panggung ke panggung, dan tentunya hal tersebut harus ada persetujuan keluar dari pihak sekolah. Bersyukurnya kegiatan di luar jam belajar tersebut tidak membuat mereka melupakan status mereka sebagai seorang siswa. Sesibuk apapun mereka mencari uang saku tambahan, mereka masih memiliki keinginan untuk bersekolah demi kehidupan mereka yang lebih baik di masa depan.” Kata beliau menutup wawancara siang itu.



Ditulis oleh : Hermawati Ningsih, Ida Farihani dan Atika Nina Soleha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar